Apa Sih Beras Organik itu?
Banyak masyarakat yang masih belum mengenal tentang Beras Organik. Selama ini banyak yang mengira bahwa padi yang dipanen petani adalah sama. “Emang, yg dijual di toko-toko bukan organik ya? nyatanya tidak semuanya organik. Kebanyakan beras biasa (konvensional).
Karena tidak semua petani di Indonesia beralih ke pertanian Organik. Kenapa disebut dengan Organik? Terus, jenis beras organik itu ada berapa sih? Manfaatnya emangnya apa aja?keunggulannya… dll.
Untuk itu mari kita mengenal lebih jauh lagi….
Mengenal Beras Organik
Beras Organik adalah beras yang berasal dari padi yang ditanam atau dibudidayakan dengan cara pertanian organik. Padi Beras Organik tidak menggunakan pupuk kimia sintetis, tetapi menggunakan pupuk organik. Sedangkan cara pengendalian hamanya dengan menggunakan cara-cara yang alami. Baik menggunakan bahan-bahan alami maupun dengan menggunakan pemangsa alami hama.
Pengolahan Padi Beras Organik sangat memperhatikan kesehatan, ekologi, keadilan dan perlindungan. Oleh karena itu yang dimaksud dengan prinsip kesehatan dalam pertanian organik adalah kegiatan pertanian harus memperhatikan peningkatan dan kelestarian kesehatan tanaman, hewan, tanah, bumi secara keseluruhan, dan manusia sebagai satu kesatuan karena semua komponen tersebut saling berhubungan dan tidak terpisahkan.
Pertanian organik juga harus didasarkan pada siklus dan
sistem ekologi kehidupan. Pertanian organik juga harus memperhatikan keadilan baik antarmanusia maupun dengan makhluk hidup lain di lingkungan. Sehingga agar mencapai pertanian organik yang baik perlu dilakukan pengelolaan yang berhati-hati dan bertanggungjawab melindungi kesehatan dan kesejahteraan manusia secara berkesinambungan baik sekarang maupun yang akan datang.
Beda Beras Organik dengan Beras biasa (konvensional)
Beda Beras Organik dengan Beras Biasa adalah proses pengolahannya. Namun, secara ideal, bibit yang digunakan pun juga merupakan bibit lokal yang dihasilkan tanpa rekayasa genetika atau bukan GMO (Genetic Modified Organizm). Secara garis besar perbedaannya adalah sebagai berikut:
· Lahan yang digunakan
Lahan pertanian yang digunakan harus steril dari berbagai macam zat senyawa kimia, baik itu pupuk, pestisida dll. Jika lahan sebelumnya menggunakan zat yg mengandung kimia, maka harus dihilangkan secara bertahap mulai dari penggunaan pupuk, pestisida dll. Sehingga ketergantungan lahan terhadap zat kimia hilang dan beralih 100% ke bahan organik, maka lahan tersebut sudah siap untuk ditanam.
· Pupuk yang digunakan
Pupuk yang digunakan tentunya pupuk organik yang berasal dari bahan alami seperti pupuk kompos, pupuk kandang, pupuk hijau, dsb.
· Cara Pengendalian Hama
Penanganan hama pada padi beras organik dilakukan dengan cara yang sangat alami. Hama padi yang mengganggu biasanya berupa walang sangit, burung, wereng dan daun yang menguning. Untuk mengusir burung, para petani membuat orang-orangan sawah untuk mengusirnya. Sedangkan untuk wereng dan walang sangit diusir dengan disemprot pestisida alami yang terbuat dari nanas, bawang putih dan gadung. Daun yang menguning ditangani dengan cara dicabt daunnya.
Tikus juga sering menyerang padi, baik organik maupun yang non organik. Tikus biasanya ditangani dengan cara yang manual juga, bukan dengan racun tikus. Caranya dengan menggunakan hewan pemangsa tikus alami, seperti ular, anjing dan kucing.
· Air yang digunakan untuk pengairan
Air yang digunakan untuk pengairan sebisa mungkin masih jernih tidak tercemar dengan bahan kimia sintetis.
· Proses pemanenan dan pengolahan panen
Proses pemanenan dan pengolahan hasil panen dilakukan dengan alami tanpa menambahkan zat-zat pengawet kimia sintetis maupun pewarna, seperti pemutih.
Bahaya Pestisida untuk ekosistem
Para Petani Beras Organik tidak menggunakan pestisida kimia sintetis atau buatan karena salah satu bahayanya adalah merusak ekosistem. Seringkali satu hama berhasil dikurangi, namun dampaknya membuat hama yang lain semakin banyak. Karena ternyata hama yang sebelumnya juga berperan untuk mengendalikan hama yang setelahnya. Sehingga rantai makanan dan ekosistem menjadi tidak seimbang lagi.
Ingatkah Anda tentang kasus Tomcat yang heboh sampai diliput di televisi? Atau ulat bulu yang populasinya meledak? Pernahkah Anda membandingkan jumlah kunang-kunang ketika Anda kecil dengan sekarang? Nah, itulah salah satu akibat dari rusaknya keseimbangan ekosistem. Jika ada salah satu spesies saja yang terganggu atau dieliminasi dapat menyebabkan terganggunya keseimbangan populasi hewan yang lain.
Secara jangka panjang penggunaan pestisida ini berdampak besar pada daerah yang luas. Jika dibiarkan terus, dapat berdampak pada bencara alam yang dirasakan oleh semua manusia, baik yang tinggal di desa maupun kota. Solusinya adalah dengan beralih pada pertanian organik dan masyarakat juga sadar untuk beralih kepada Beras Organik untuk mendukung petani yang sudah mau beralih ke pertanian organik.
Bahaya Pestisida Kimia Sintetis pada Manusia
Bahaya Pestisida Kimia sintetis pada manusia bisa langsung Anda Rasakan maupun untuk jangka panjang. Dampak yang secara langsung bisa terasa saat Anda memakannya terlalu banyak dalam dosis yang tinggi. Perut menjadi sebah, sakit dan diare. Namun, yang paling bahaya adalah efek jangka panjangnya.
Pestisida mengandung racun dan logam-logam berat. Jika dikonsumsi, berdampak pada meningkatnya radikal bebas di dalam tubuh dan memperberat kerja ginjal dan liver. Sehingga menimbulkan penyakit metabolik dan kronis seperti : Kanker, diabetes, gagal ginjal, gangguan fungsi liver, leukimia, asam urat dan masih banyak lagi.
Ada penelitian menarik yang telah dilakukan oleh tim peneliti dari Parkinson’s Institute di California, Amerika Serikat terhadap 519 pasien parkinson dan 511 orang sehat. Tim peneliti mewawancarai mereka tentang riwayat pekerjaan dan paparan racun yang dialami, termasuk pestisida dan cairan pelarut.
Memang mereka yang bekerja di bidang agrikultur, pendidikan, tenaga kesehatan atau tukang las tidak terkait langsung dengan parkinson. Namun, tim peneliti menemukan hal yang mencengangkan, yaitu 8,5 persen pasien parkinson adalah orang yang sering terpapar pestisida, dibandingkan dengan 5,3 persen yang tidak terkena parkinson.
“Hasil riset ini memberikan bukti hubungan kasual antara paparan pestisida dan parkinson. Yang perlu diketahui adalah kata pestisida punya cakupan yang luas, bukan hanya pupuk tapi juga bahan-bahan kimia lain,” kata Dr.Caroline M. Tanner, peneliti.
Hasil dari penelitian ini para ahli secara spesifik mengidentifikasi bahwa ada 8 jenis pestisida yang punya kadar racun paling tinggi berdasarkan pemeriksaan laboratorium. Tiga komponen, baik organik (dichlorophenoxyacetic acid), herbisida (paraquat), dan insektisida (permethrin), ternyata meningkatkan risiko penyakit parkinson. Menurut pemeriksaan laboratorium, tiga komponen tersebut berpengaruh besar pada kemampuan otak menghasilkan dopamin.
Radikal bebas sisa metabolisme tubuh maupun zat bersifat racun terhadap saraf seperti zat besi, herbisida, pestisida, dapat menyebabkan degenerasi neuron (sel pengantar impuls dalam sistem saraf) dan kerusakan sel otak di substansia nigra. Akibatnya kadar dopamin di otak menurun.
Rendahnya kadar dopamin, bisa menyebabkan gangguan pada bagian otak yang mengatur gerakan yang bisa diatur (volunteer) dan gerakan yang tak bisa diatur (involunteer).
Gejala utama penyakit Parkinson, adalah tremor (gemetaran), rigiditas (kekakuan terutama pada gerakan otot leher, lengan, tungkai yang terlihat dengan gerakan terpatah-patah), kinesia/bradikinesia (gerakan lamban, kedipan mata berkurang, otot muka kurang bergerak, suara mengecil dan monoton, refleks menelan lambat, dan air liur menetes keluar) dan postural reflex terganggu yang menyebabkan penderita sering jatuh.
Pestisida yang disemprotkan ini pun tidak mudah hilang hanya dengan dicuci. Tanaman juga menyerapnya melalui permukaan tanaman, baik batang, buah dan daun. Apalagi pestisida ini tidak mudah terurai secara alami di alam. Sehingga membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk menetralisirnya dari tanah.
Hindari Makanan GMO atau Transgenik
Benih Varietas Padi Hibrida yang merupakan GMO atau Transgenik. GMO sendiri merupakan kepanjangan dari Genetic Modified Organizm. Artinya organisme yang telah direkayasa secara genetis. Sehingga hasil dari modifikasi ini sudah berbeda dengan tanaman aslinya.
Di Indonesia, tanaman dan hewan Transgenik atau GMO yang sudah masuk antara lain Jagung, Kedelai, Kentang, Tomat, Alfalfa, Daging Sapi, Ayam, Susu dari hewan yang diberi pakan non organik, serta beras.
Akibat mengkonsumsi hewan dan tanaman GMO serta hasil olahannya
Akibatnya memang tidak langsung dirasakan seperti ketika Anda makan makanan yang berpestisda. Namun secara jangka panjang dapat menyebabkan permasalahan yang serius. Bisa jadi bukan pada Anda, tetapi pada anak atau cucu Anda.
Percobaan yang dilakukan oleh ahli biologi menggunakan tikus yang diberi makan makanan GMO. Tikus-tikus tersebut kemudian menjadi mandul, lemah, lamban, terdapat sel kanker di otak dan saluran cernanya.
Sekarang cobalah Anda berkunjung ke rumah sakit di bagian kanker anak. Anda akan menemui banyak anak-anak yang sudah mengidap kanker sejak baru lahir. Padahal sel kanker itu sejatinya akan dihancurkan oleh sistem pertahanan tubuh manusia. Jikapun tidak bisa dihancurkan, maka munculnya jadi penyakit kanker butuh waktu 10 sampai 20 tahun.
Anak-anak itu tentu mendapatkan sel-sel kanker atau mutan sejak dari dalam kandungan. Apa salah mereka sehingga harus demikian? Perhatikan apa yang dimakan oleh ayah dan bundanya, kakek dan neneknya.
Anda juga dapat menemukan di televisi dan media berita bahwa banyak anak-anak yang lahir cacat. Bahkan semakin banyak anak-anak yang lahir cacat. Tidak hanya anak manusia yang lahir cacat, tetapi juga hewan-hewan ternak. Sayangnya masyarakat masih mengira bahwa kelahiran cacat pada manusia dan hewan-hewan ini hal yang biasa. Kadang ada yang mengiranya adalah keistimewaan, keajaiban atau keunikan. Sehingga ini malah jadi bahan tontonan.
Tempe yang dulunya adalah penumpas kanker, saat ini malah sebaliknya. Kedelai yang digunakan adalah kedelai impor dari Amerika Serikat. Padahal kedelai impor ini adalah kedelai hasil rekayasa genetik (GMO) dari Monsanto, Perusahaan Raksasa penghasil tanaman dan hewan GMO.
Saat ini 90% produk pertanian dan peternakan dunia dikendalikan oleh Monsanto. Lebih dari 200.000 petani di seluruh dunia gagal panen. Benih yang mereka gunakan adalah GMO dari Monsanto. Disamping itu produk-produk pestisida mereka juga sangat berbahaya bagi hewan dan manusia karena dapat menyebabkan kerusakan pada organ-organ tubuh.
Jepang dan negara-negara Eropa sudah melarang produk-produk makanan GMO serta kembali kepada produk-produk organik. Salah satu sahabat saya, pulang dari Jepang dan menceritakan kepada saya bahwa di Jepang tidak ada pupuk kimia sintetis. Kalaupun ada, sangat sulit menemukannya. Pertanian dan Peternakan Jepang secara standar sudah menerapkan cara Organik.
Jenis Beras Organik
Beras Organik berasal dari berbagai jenis beras. Namun, secara garis besar dapat dibedakan berdasarkan warna bekatul atau lapisan aleuronnya. Masing-masing jenis beras mempunyai khasiat yang berbeda. Sebaiknya sesuaikan beras yang Anda konsumsi dengan kebutuhan Anda. Sementara ini kami jelaskan terlebih dahulu apa saja jenis beras organik.
Secara garis besar, beras organik terdiri dari
· Beras Putih
· Beras Merah
· Beras Hitam
· Beras Coklat
Beras Putih Organik
Beras Putih adalah beras yang paling banyak dikonsumsi dan dipilih oleh masyarakat. Beras putih berasal dari padi yang sama dengan beras coklat, tetapi butir berasnya digiling 2 sampai 3 kali sehingga warnanya menjadi putih dan terlepas dari aleuron atau bekatul halusnya.
Beras Putih digemari masyarakat karena warnanya yang putih bersih dan rasanya relatif lebih enak daripada beras berwarna.
Beras Merah Organik
Beras Merah Organik adalah Beras yang mempunyai aleuron atau lapisan bekatul berwarna merah. Warna merahnya muncul dari zat aktif anthocyanin. Beras merah sudah banyak dikenal oleh masyarakat, tetapi masyarakat yang mengkonsumsinya masih sedikit.
Beras merah mempunyai kandungan gizi yang kaya dan manfaatnya lengkap. Beras merah mempunyai anti oksidan, vitamin, enzim, mineral dan serat sehingga sangat cocok untuk Anda yang menginginkan hidup sehat dan bahagia.
Beras Merah cocok untuk terapi penyakit degerneratif (kanker, diabetes, jantung, ginjal, liver dan lain-lain) mengatasi kolesterol tinggi, menjaga kesehatan jantung, memperbaiki pencernaan dan tentu saja baik untuk diet serta makanan pendamping ASI (MPASI)
Beras Hitam Organik
Beras Hitam Organik adalah beras yang mempunyai lapisan aleuron atau bekatul berwarna hitam. Aslinya berwarna ungu pekat, sehingga nampak kehitaman. Warna ungunya juga berasal dari Zat Aktif Anthocyanin.
Kalau dibandingkan dengan Beras Merah, Beras Hitam lebih kaya zat aktif antioksidannya. Beras Hitam termasuk sebagai Super Food, yaitu makanan yang mempunyai kandungan gizi yang banyak, berkualitas dan sangat dianjurkan oleh banyak ahli kesehatan.
Beras Hitam Organik sangat cocok untuk terapi penyakit-penyakit degeneratif. Kemampuannya yang luar biasa inilah yang membuatnya menjadi incaran para bangsawan di zaman dahulu. Bahkan Beras Hitam ini sempat dirahasiakan dan dilarang dibeli maupun ditanam oleh orang di luar kerajaan atau kraton.
Beras Coklat Organik
Beras Coklat Organik adalah beras putih yang masih terdapat lapisan aleuronnya yang berwarna coklat. Sehingga beras coklat jauh lebih baik daripada Beras Putih, tetapi tidak meninggalkan cita rasa yang sama pada beras putih. Hanya saja warnanya tidak putih seperti beras putih.
Beras Coklat lebih kaya serat, asam lemak, protein dan vitamin serta anti oksidan dibandingkan beras putih. Bagi Anda yang menginginkan cita rasa beras putih tetapi ingin beralih yang lebih kaya gizi, maka beras coklat ini cocok untuik Anda.
Beras Organik lebih mudah berkutu?
Ya, Beras organik lebih mudah berkutu daripada beras yang non-organik. Hal ini disebabkan karena Beras Organik tidak diberi pestisida. Sehingga kutu memilih beras organik yang tidak membahayakan baginya.
Beras Organik berkutu bukan karena beras organiknya sudah lama atau sudah basi seperti beras biasa. Beras Biasa berkutu karena berasnya sudah lama sehingga pestisidanya terurai secara perlahan.
Kalaupun Beras Organik Anda berkutu sesungguhnya itu adalah salah satu tanda yang merupakan bagian dari sifatnya yang alami. Anda bisa membandingkan kutu beras organik dan kutu yang dari beras biasa. Anda pasti bisa langsung melihat perbedaannya.
Perbedaan kutu dari beras tersebut adalah sebagai berikut
· Ukuran kutu lebih besar pada beras organik
· Gerakan kutu beras organik lebih lincah, lebih cepat dan lebih gesit daripada beras yang non organik.
Jelas kan? Kutu Beras Organik lebih sehat daripada Kutu Beras biasa.
Beras Coklat, Beras Hitam dan Beras Merah Organik paling disukai kutu
Beras Coklat, Beras Hitam dan Beras Merah Organik paling disukai kutu. Lapisan aleuronnya lah yang membuat kutu sangat senang hinggap. Lapisan ini adalah lapisan yang paling lezat dan sehat. Kutu beras memang pintar memilih beras yang sehat dan lezat.
Cara Mengatasi Beras Organik yang Berkutu
Pertama yang perlu diingat bahwa Beras Organik yang berkutu tidak mengurangi rasa maupun kesehatan Anda. Beras tersebut masih bisa dimasak dan tidak menimbulkan penyakit.
Anda perlu segera melakukan hal ini untuk mengatasi Beras Organik yang berkutu
1. Silahkan buka kemasan beras organik yang berkutu
2. Tuangkan beras organik ke atas nampan besar secukupnya kemudian ratakan.
3. Jemurlah beras organik tersebut di bawah sinar matahari siang hari selama 1-2 jam
4. Kutu beras secara sukarela akan meninggalkan Beras Organik milik Anda.
5. Sebelum Anda angkat sebaiknya berasnya dibolak balik agar memastikan kutu-kutunya sudah pergi atau mati.
6. Kalaupun kutu berasnya masih ada, tenang saja tidak beracun kok. Ketika Anda mencuci beras, kutu ikut mengambang dan terbilas bersama air.
7. Beras Organik Anda tetap segar walaupun pernah kemasukan kutu.
Cara Penyimpanan Beras Organik yang baik
Bagi petani, penyimpanan stok terbaik adalah dalam bentuk gabah. Sehingga lebih tahan lama. Lalu ketika dibutuhkan kemudian baru digiling. Namun, saat sudah menjadi beras, daya tahannya tidak selama seperti masih berbentuk gabah.
Kalau Anda tidak tahu cara penyimpanan beras organik yang baik, simak tips ini ya. Kalau tidak tahu, bisa mengurangi kelezatan nasinya bahkan bisa membuat beras mudah berkutu dan berjamur.
· Belilah Beras Organik untuk kebutuhan selama satu bulan ke depan. Beras Organik idealnya habis untuk satu bulan karena masa itu adalah masa terbaik untuk mengkonsumsi beras organik.
· Simpanlah di wadah yang tertutup rapat dan kering. Kami sangat merekomendasikan bahan plastik seperti Tupperware dan sejenisnya. Karena bahan tersebut kuat, rapat dan awet.
· Penyimpanan sangat baik di tempat yang tidak lembab. Tempat yang lembab menyebabkan aroma wanginya hilang atau berkurang dan mudah berjamur.
· Khusus beras merah, beras hitam dan beras coklat, bisa Anda simpan di kulkas jika ingin dikonsumsi lagi untuk periode waktu yang lama.
Beras Organik Warnanya Berubah-ubah
Beras Organik warnanya natural. Berasnya tidak dipoles sehingga warna butiran berasnya alami tanpa rekayasa warna seperti beras konvensional.
Seringkali para pedagang beras memoles beras lama sehingga nampak berasnya seperti baru. Padahal beras lama ini kalaupun dipoles maka tetaplah beras lama. Inilah yang menyebabkan beras konvensional semakin lebih mudah basi.
Warna natural Beras berubah-ubah tergantung musim ketika panennya. Ketika musim panas atau matahari tidak terhalang mendung berasnya berwarna putih sekali (untuk menthik wangi susu). Sedangkan ketika musim hujan atau mataharinya sering terhalang mendung berasnya agak buram atau kusam.
Matahari yang tidak bersinar penuh karena tertutup mendung juga menyebabkan seolah-olah berasnya merupakan campuran. Padahal berasnya tidak dicampur sama sekali.
Keunggulan Beras Organik dibandingkan dengan beras biasa
Baru saja Kami menjelaskan tentang apa itu beras organik, pertanian organik pada beras organik dan bahaya dari pupuk kimia sintetis, pestisida kimia sintetis dan transgenik atau GMO.
1. Mencegah Penyakit-penyakit degeneratif yang disebabkan oleh Pupuk Kimia Sintetis, Pestisida Kimia Sintetis dan GMO
2. Mendukung kesehatan yang lebih baik untuk Anda dan keluarga. Karena Beras adalah salah satu bahan makanan pokok yang paling banyak dikonsumsi oleh Keluarga Indonesia.
3. Baik secara langsung dan tidak langsung Anda telah mendukung Petani untuk menerapkan Pertanian Organik.
4. Pertanian Organik yang Anda dukung secara jangka panjang menguatkan Ketahanan Pangan Indonesia. Sehingga Indonsia bisa semakin mandiri pangan, tidak perlu impor.
Nasinya lebih awet, tidak mudah basi atau berlendir. Nasinya bisa bertahan antara satu sampai tiga hari.
“Petani Sejahtera, Bangsa Indonesia Berdaya.”
Referensi :
· Kelompok Tani “Sumber Makmur II” Lawang-Malang