Visi Kelapa Sawit Indonesia dengan Malaysia | PUPUK HANTU MULTIGUNA Visi Kelapa Sawit Indonesia dengan Malaysia ~ PUPUK HANTU MULTIGUNA

Rabu, 01 November 2017

Visi Kelapa Sawit Indonesia dengan Malaysia



Visi Kelapa Sawit Indonesia dengan Malaysia
Visi Kelapa Sawit Indonesia dengan Malaysia
Visi Kelapa Sawit Indonesia dengan Malaysia. Semua tahu apa itu kelapa sawit. Dari kelapa sawit ini bisa dihasilkan CPO ( crude Palm Oil). CPO ini digunakan sebagai bahan baku industri hulu untuk menghasilkan produk berupa methyl ester, Fatty acid, dan glycerine,yang sangat fital untuk mendukung kebutuhan bahan baku bagi industri hilir seperti industri pangan (minyak goreng dan margarin), industry sabun (bahan penghasil busa), industri baja (bahan pelumas), industri tekstil, kosmetik, dan sebagai bahan bakar alternatif (biodisel). Itu sebabnya Malaysia dari awal ketika mengembangkan perkebunan kelapa sawit visinya adalah industrialisasi, bukan pertanian. Caranya ? Pemerintah malaysia mengeluarkan kebijakan memberikan tarif bea tinggi untuk ekspor CPO. Akibatnya produk eksport CPO tidak kompetitip lagi dan orang terpaksa buat Industri hulu. Namun untuk itu pemerintah memberikan insentip kepada investor yang membangun industri hulu, berupa bunga murah dan keringanan pajak.  Apakah pemerintah malaysia rugi dengan mengurangi pajak dan memberikan inseptif ? tidak! Terbukti berjalannya waktu tumbuh ribuan indusri hilir,jutaan supply chain. Dari kegiatan hilir inilah negara mendulang pajak dan juga memberikan kesempatan kerja yang luas.

Karena visinya industri maka perkebunanpun diolah dengan visi industri.Apa itu? Menggunakan tekhnologi untuk menghasil out put produksi yang tinggi agar terjadi efisiensi. Makanya jangan kaget Indonesia memiliki lahan sawit terbesar didunia, yaitu 18 juta hektar.Sementara Malaysia hanya 6 juta hektar.Tapi tahukah anda bahwa  Jumlah produksi kelapa sawit yang dihasilkan Malaysia per tahunnya, ternyata hampir dua kali lipat lebih besar dari Indonesia. Nah karena visinya industrialiasi, ketika permintaan akan CPO semakin tinggi didalam negeri dan pasar ekport melemah maka malaysia menolkan pajak eksport dan diikuti oleh indonesia sebagai kompetitor.Apa yang terjadi?  Harga CPO jatuh dipasar international. Industri hulu Malaysia diuntungkan karena harga produksi berupa methyl ester, fatty acid, dan glycerine tidak jatuh atau tetap tinggi. Sementara Indonesia mendulang nestapa karena harga jual CPO USD 750 MT tidak lagi feasible untuk meraih untung. Kini banyak pabrik CPO di Indonesia  tidak lagi berproduksi dan males eksport. Ini juga penyebab melambatnya pertumbuhan ekonomi kita.

Kita membuat aturan melarang ekspor bahan mentah ( kondensat) untu Sumber daya mineral (bahan tambang). Setelah 4 tahun UU pelarangan eksport bahan mentah dikeluarkan namun industri pengolahan (smelter ) tidak tumbuh. Tidak ada investor yang serius mau investasi. Padahal pengusaha tambang yang telah ada adalah pengusaha kelas dunia. Mengapa ? UU itu tidak diikuti dengan visi industrialisasi. Seperti tidak tersedianya kawasan terpadu untuk smelter, tidak tersedianya pelabuhan untuk logistik khusus bahan tambang ( dried port ), tidak adanya kebebasan membangun pembangkit listrik sendiri, tidak ada inseptip pajak bagi yang membangun industri hulu. Padahal industri hulu bahan tambang bisa mengundang ribuan industri hilir dan menghidupi jutaan supplay chain, tentu menampung puluhan juta angkatan kerja.

Jadi apa yang ditawarkan oleh Jokowi dalam APEC berbeda dengan apa yang ditawarkan oleh pemerintah sebelumnya. Dalam presentasinya jokowi menyampaikan visi industrialisasi itu. Ada kejelasan bahwa tawaran investasi kepada pihak asing masuk ke Indonesia bukan karena pengurasan SDA untuk diangkut keluar tapi diolah didalam negeri dalam bentuk industriliassi. Dengan prinsip negara akan menjadi leading untuk terjaminnya ketersediaan bahan baku, sumber daya manusia yang berkualitas, dan infrastrutur ekonomi yang meluas. Hanya dengan cara itu Indonesia bisa mengeskalasi pertumbuhan ekonominya yang setiap tahun berpacu dengan pertumbuhan angka kelahiran 3,5 juta, 1 juta angkatan kerja baru, harus membayar kesalahan rezim sebelumnya dengan angsuran hutang dan bunga sebesar Rp 154 trilun! setiap tahunnya. Ini bukan kerja mudah seperti mimpi sosialis dimana negara menguasai semua namun akhirnya negara ( elite ) mengambil semua dengan membagi secuil kepada rakyat.


0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India